Selasa, 24 Januari 2012

Jawaban

Bagaimana ini?Aku diperhadapkan pada situasi yang pada mulanya kuanggap akan berjalan mulus. Wah, ternyata kenaifan memang tidak cukup untuk merealisasikan sebuah asa.
Menjalani suatu hubungan memang membutuhkan komitmen yang tidak sembarang diucapkan. Tentu pembuktian adalah dengan berproses didalam hubungan itu sendiri. Aku lama berpacaran dengan mantanku sekarang. Bertahun-tahun dan ketika aku merefleksi. Mau dibawa kemana ini semuanya ketika balik lagi kami harus diperhadapkan oleh perbedaan agama? Hal yang prinsipil yang kami pun sama-sama malas untuk menyinggungnya. Tapi jika sudah 6 tahun pacaran itu beda cerita ya. Jika terus dilanjutkan apa ada prospek kesepakatan? Kami masih gamang menyoal soal agama. Tapi mau tak mau kami tetap harus membahas soal ini.
Ternyata kebuntuan jawaban membawa kepada keputusan yang tidak ada pilihan didalamnya. Kami memilih berpisah. Oke, mengakhiri hubungan yang lama itu susah sekali. Harus mempertimbangkan hati keluarga kami masing-masing juga. Bahkan mereka lebih kehilangan dari kami yang menjalani. Tapi sekali lagi, ini adalah pilihan kami. Kami yang menjalani.
Aku pun harus semakin bijaksana dalam menentukan langkah kedepannya. Sendiri itu memang tidak enak awalnya. Tapi ketika sudah terbiasa(dalam waktu yang gak singkat juga) aku merasa menemukan banyak hal yang bisa aku gali dalam diriku.
Tuhan memang benar-benar tahu dan pengertian yah. Aku memang berdoa secara spesifik sama Tuhan. Sekalipun tanpa kulakukan pun Tuhan sudah tahu isi hatiku dan rancangannya yang terbaik.
Yang kuminta dalam doaku adalah tentu saja yang seiman, takut akan Tuhan, sepelayanan denganku, sevisi dalam Tuhan, baik, fleksible, ramah dan ringan tangan,tidak temperamen, tentu saja dewasa dan bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu. Bisa membuatku tersenyum,enak diajak bertukar pikiran,terbuka,cool tetep yah,royal dan loyal,sayang kepada semua orang,bertanggungjawab,smart dan suka baca. Kalau secara fisik sih aku suka yang tinggi, berkulit cokelat, rapi-kasual,dan atletis.
Sampai suatu waktu aku bertemu dengan jawaban doaku setelah sekian lama. Sosok yang hampir memenuhi standar doaku. Memang tidak seketika aku meyakinkan diriku. Tapi setelah kami berproses bersama aku tidak bisa lagi menampik itu.Ya walaupun kupendam dulu. Balik lagi, cinta itu perlu diuji
Tapi memang benar apa kata pepatah, hal yang tidak dapat disembunyikan didunia ini adalah batuk dan cinta. Sahabatku mulai tahu dan ternyata dia malah jadi Sang Cupido.hehehe....Dari dia juga aku tahu kalau ‘jawaban doaku’ itu juga punya rasa yang sama denganku. Hey, how great.:)
Lalu baru aku tahu dia masih punya pacar. Oh,tragis sekali dongengnya kalau begitu. Aku sempat mau mundur teratur saja tapi sekali lagi berkat info-info dari Sang Cupido aku urungkan niatku. Bukankah mereka masih pacaran. Lagipula mereka di masa akan putus. Tetapiiiiiii.....
Bagaimana ini?Aku diperhadapkan pada situasi yang pada mulanya kuanggap akan berjalan mulus. Wah, ternyata kenaifan memang tidak cukup untuk merealisasikan sebuah asa.
Semua jadi semakin rumit...pacarnya gak mau diputus, dianya kemakan janji masalalu. Lalu gimana? Kami ini hanya semacam saling menyakiti satu sama lain kalu begini. Idealnya salah satu memang harus ada yang mengalah. Lalu siapa?
(Menunggu) jawaban judulnya ini...